Cairan infus adalah fondasi penting dalam penanganan pasien di rumah sakit, terutama untuk mengganti volume cairan yang hilang. Dalam praktik klinis, semua cairan infus dibagi menjadi dua kategori besar berdasarkan ukuran molekulnya, yaitu Kristaloid dan Koloid. terletak pada kemampuan molekul-molekul tersebut untuk melewati membran semipermeabel, yang pada akhirnya memengaruhi distribusi cairan di dalam tubuh. Memahami karakteristik ini sangat krusial bagi tenaga medis.
Cairan Kristaloid mengandung air, elektrolit, dan/atau dekstrosa, yang molekulnya sangat kecil sehingga dapat dengan mudah bergerak melintasi membran kapiler menuju ruang interstisial (di luar pembuluh darah). Karena sifatnya yang mudah berdistribusi, hanya sekitar 25% dari total volume cairan kristaloid yang tetap berada dalam pembuluh darah (intravaskular) setelah infus. Contoh umum dari cairan ini termasuk Normal Saline (NaCl 0.9%) dan Ringer Laktat. Kristaloid adalah pilihan utama untuk resusitasi cairan awal dan dehidrasi ringan hingga sedang.
Sebaliknya, cairan Koloid mengandung molekul berbobot besar, seperti protein atau molekul sintetis, yang tidak mudah melewati membran kapiler. Molekul besar ini cenderung “menarik” dan menahan cairan di dalam pembuluh darah (intravaskular) melalui tekanan onkotik. Hal ini menjadikannya lebih efektif dalam meningkatkan volume plasma dibandingkan kristaloid, tetapi juga lebih mahal. Contoh Koloid meliputi albumin, gelatin, atau hydroxyethyl starch (HES).
Penggunaan Kristaloid dan Koloid didasarkan pada tujuan terapi yang spesifik. Kristaloid umumnya direkomendasikan sebagai pilihan pertama untuk resusitasi sebagian besar kondisi syok hipovolemik (kekurangan volume cairan). Penggunaannya lebih aman, lebih murah, dan memiliki risiko efek samping yang lebih kecil. Namun, kristaloid membutuhkan volume yang lebih besar dan dapat menyebabkan edema perifer jika diberikan berlebihan.
Koloid digunakan secara lebih selektif, biasanya ketika pasien membutuhkan peningkatan volume intravaskular yang cepat dan bertahan lama, atau pada pasien dengan hipoalbuminemia berat. Beberapa Contoh Koloid seperti HES telah dikaitkan dengan peningkatan risiko cedera ginjal akut, sehingga penggunaannya semakin dibatasi. Keputusan untuk memilih antara koloid atau kristaloid harus mempertimbangkan kondisi pasien, biaya, dan potensi risiko yang mungkin timbul.
