Inovasi dalam pengelolaan sampah melalui teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) Plant seharusnya menjadi solusi ramah lingkungan. Namun, uji coba operasional RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara, justru menimbulkan kekhawatiran serius. Puluhan anak di kawasan sekitar dilaporkan jatuh sakit, dengan gejala dominan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Situasi ini menjadi alarm bahwa teknologi pengolahan sampah, seideal apa pun konsepnya, harus dibarengi dengan mitigasi dampak kesehatan dan lingkungan yang sangat ketat di lapangan.
Data dari laporan masyarakat dan lembaga terkait menunjukkan bahwa setidaknya 20 anak di daerah Cakung Timur dan Perumahan JGC, yang berdekatan dengan lokasi RDF Plant, mengalami gangguan kesehatan. Penyakit yang paling sering ditemukan adalah ISPA, infeksi mata, dan batuk berkepanjangan. Ibu berinisial E, seorang warga, menyampaikan bahwa anaknya sudah empat kali bolak-balik ke rumah sakit selama dua bulan masa uji coba berlangsung (sekitar Oktober-November 2025). Kerentanan anak-anak terhadap polusi udara menjadikannya kelompok yang paling terdampak oleh sisa asap dan bau busuk yang muncul.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah turun tangan, mengunjungi lokasi terdampak pada sekitar 26 Maret 2025, untuk mendampingi keluarga korban. KPAI mengingatkan bahwa mandat Undang-Undang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Kesehatan harus diutamakan. Meskipun RDF Plant bertujuan baik untuk mengurangi timbunan sampah Jakarta, kesehatan publik, terutama anak-anak, tidak boleh dikorbankan. Warga menuntut penghentian sementara uji coba sampai solusi permanen untuk mengatasi emisi dan bau busuk ditemukan oleh pihak pengelola.
Menanggapi keluhan warga dan laporan kesehatan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah mengambil beberapa langkah mitigasi. DLH memerintahkan pemasangan alat deodorizer untuk mengurangi bau busuk, serta penambahan filter untuk menyaring pencemaran udara yang dihasilkan RDF Plant. Project Manager pembangunan fasilitas ini telah berjanji untuk melakukan perbaikan. Namun, warga berencana menggelar aksi unjuk rasa lanjutan pada 10 November 2025, mendesak evaluasi total dan kemungkinan penutupan fasilitas jika masalah ini tidak diselesaikan secara tuntas.
Kasus RDF Plant Rorotan menjadi pelajaran penting. Meskipun teknologi pengolahan sampah modern menawarkan harapan besar untuk masa depan yang lebih bersih, perencanaan tata ruang dan pengawasan emisi harus menjadi prioritas utama. Kesehatan puluhan anak di lingkungan sekitar adalah indikator nyata bahwa uji coba belum berjalan optimal dan memerlukan intervensi serius dari Gubernur. Keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup harus ditegakkan demi kesejahteraan masyarakat.
